Kau dan segala cerita ini adalah igauan yang tak henti hentinya minta diberi obat penenang
Punggungmu adalah bukit yg saban hari tdk kunjung selesai kudaki, sampai aku patah kaki sementara kau pura-pura mati
Kepalaku puisi yg tdk pernah mampu membaca tanda baca dimatamu, tanda titik, ataukah tanda jeda yg berkepanjangan..
Tdk pernah ada rumah, peta tdk mengenal alamatmu, berkelok dan terlalu banyak persimpangan.
Jadi bagaimana? Kau yg cuma singgah? Atau aku yg terlampau sungguh?